Pelayanan Poli : Senin - Jumat : 08.00 - 20.00, Sabtu : 08.00 - 12.00, IGD 24 Jam : (0232) 890 5555

info@rspermatakuningan.com

(0232) 890 5556, 890 5557

Kesehatan

Konsumsi Gula Bisa Bikin Gagal Ginjal? Yuk! Cek Faktanya

Kesehatan 2 bulan yang lalu, Oleh : marketing

Lonjakan kasus cuci darah dan gagal ginjal pada anak hingga remaja di bawah 30 tahun cukup menyita perhatian banyak pihak. Minuman manis kemasan menjadi objek yang paling disudutkan dalam kasus ini dan tak jarang banyak dari kita yang beranggapan kasus ini disebabkan pemberian susu UHT pada anak.

Lantas apakah benar gula menjadi faktor pemicu lonjakan kasus gagal ginjal pada anak dan remaja? Sebelum kita bahas lebih lanjut, kita sadari bersama bahwa manusia dan gula sangat sulit dipisahkan, dalam keseharian saja, manusia memerlukan gula sebagai sumber energi.

Pada makanan pokok saja sudah terkandung gula seperti pada nasi, roti, ubi, dan lain semisalnya. Lantas apakah benar konsumsi gula dapat memicu gagal ginjal? Yuk! Simak pembahasannya.

Kenali Dulu Apa Itu Gula?

Menurut Debbie Lambert, B.Sc yang dilansir zoe.com gula dapat berupa monosakarida dan disakarida. Kedua unit ini merupakan bahan penyusun karbohidrat yang dibutuhkan tubuh, disakarida memiliki 2 monosakarida yang disatukan. Lalu apa saja yang termasuk monosakarida dan disakarida?

  1. Sukrosa atau yang lebih dikenal dengan gula dapur/gula meja merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa ini biasanya diolah dari tebu dan bit gula yang nantinya akan dipecah menjadi monosakarida oleh tubuh. Gula ini secara alami bisa dengan mudah ditemukan pada buah-buahan dan sayuran.
  2. Glukosa merupakan monosakarida yang dapat ditemukan pada biji-bijian, kacang-kacangan, dan sayuran, lebih jelasnya glukosa dapat ditemukan pada makanan bertepung seperti kentang, terigu, dan nasi. Tubuh kita menggunakan glukosa sebagai sumber energi utama yang nantinya akan dibakar menjadi energi dan sisanya akan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot. Glukosa juga hadir dalam bentuk disakarida, seperti pada gula dalam susu loh Kawan Permata.
  3. Fruktosa adalah monosakarida yang terdapat secara alami dalam buah-buahan, madu, dan banyak sayuran akar. Biasanya terdapat pada saus, minuman manis, makanan cepat saji, dan yoghurt beraroma. Jika fruktosa masuk ke dalam tubuh, hati atau liver akan mengubah fruktosa menjadi glukosa sebelum tubuh dapat menggunakannya sebagai bahan bakar/energi.

Selain berbeda bentuknya, sukrosa, glukosa, dan fruktosa juga diserap dan dicerna oleh tubuh dengan cara yang berbeda-beda. Tubuh kita akan menggunakan enzim untuk memecah disakarida menjadi monosakarida sebelum diserap. Sukrosa ketika masuk tubuh akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa sebelum gula ini diserap ke dalam darah. Prosesnya dimulai di mulut dengan enzim dan sisanya terjadi diusus halus.

Sedang glukosa, tubuh kita tidak perlu memecah glukosa karena glukosa merupakan monosakarida. Inilah sebabnya glukosa dapat meningkatkan gula darah lebih cepat ketimbang gula kompleks lainnya. Ketika glukosa masuk ke dalam darah, ia akan memicu pelepasan insulin yang membantu glukosa bergerak dari aliran darah ke sel-sel tubuh.

Lalu fruktosa adalah monosakarida yang serupa dengan glukosa, sehingga tubuh tidak perlu memecahnya agar dapat diserap. Akan tetapi, tubuh tidak dapat menggunakan fruktosa sebagai energi. Akibatnya, hati atau liver harus mengubahnya menjadi glukosa. Proses perubahan ini membuat fruktosa tidak merangsang pelepasan insulin.

Apakah Gula Seberbahaya Itu?

Sebuah jurnal yang berjudul The Impact of Free Sugar on Human Health—A Narrative Review bahwa Penelitian yang menyelidiki dampak konsumsi gula terhadap kesehatan manusia telah berlangsung sejak pertengahan abad ke-20. Namun, masih ada perdebatan mengenai peran gula dalam kesehatan fisik, neurologis, dan kognitif. Konsumsi gula yang berlebihan telah menyebabkan obesitas, gangguan metabolisme, diabetes, penyakit kardiovaskular, kanker, depresi, dan gangguan kognitif.

Selain itu, gula sering kali dikaitkan dengan penyakit tidak menular yang dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular, gagal ginjal, kanker, dan gangguan kesehatan lainnya. Hal inilah menjadi isu hangat setelah beberapa waktu ke belakang, terjadi lonjakan kasus gagal ginjal pada anak dan remaja.

Sebenanrnya konsumsi gula tidak seberbahaya itu, gula akan menjadi berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan, khususnya pada makanan yang mengandung gula tambahan. Melalui jurnal yang dipublikasi Pubmed yang berjudul Dietary sugar consumption and health: umbrella review merekomendasikan untuk mengurangi konsumsi gula tambahan hingga di bawah 25 g/hari (kurang lebih 6 sendok teh/hari) dan membatasi konsumsi minuman manis dengan gula kurang dari satu porsi/minggu (kurang lebih 200-355 mL/minggu).

Hal ini dikarenakan adanya beberapa bukti ilmiah dari meta-analisis yang dilakukan tentang dampak konsumsi gula tambahan bagi tubuh secara berkesinambungan. Konsumsi gula tambahan berlebih dapat meningkatkan risiko penyakit glioma, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular.

Kawan permata tidak perlu khawatir dan takut untuk mengonsumsi gula selagi batasan konsumsi gulanya masih wajar. Lantas berapa batasan konsumsi gula harian yang aman bagi tubuh? Yuk! Penjelasannya di bawah ini:

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, batasan konsumsi gula harian ialah 50 gram atau 4 sendok makan. Tidak disarankan untuk mengonsumsi gula melebihi 4 sendok makan dalam sehari. Untuk memudahkan terkait batasan gula harian, berikut adalah acuan konsumsi gula berdasarkan usia yang bisa kamu pakai:

  1. Dewasa: tidak lebih dari 30 gram (7 sendok teh) per hari
  2. Anak-anak 7–10 tahun: tidak lebih dari 24 gram (6 sendok teh) per hari
  3. Anak-anak 2–6 tahun: tidak lebih dari 19 gram (4 sendok teh) per hari

Lantas Bagaimana Korelasi Konsumsi Gula dan Gagal Ginjal?

Sebuah studi yang dirilis PubMed Central dengan judul Sweetened Beverage Intake and Incident Chronic Kidney Disease in the UK Biobank Study membuktikan hasil pengujian melalui studi kohort terhadap 127.830 peserta bahwa konsumsi lebih dari 1 porsi perhari minuman dengan pemanis buatan memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit Ginjal Kronis bila dibandingkan dengan peserta yang tidak mengonsumsi minuman berpemanis buatan.

Pada penelitian tersebut juga ditemukan hasil menarik, bahwa konsumsi jus alami tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan penyakit Gagal Ginjal Kronis. Mengganti minuman yang diberi pemanis buatan dengan jus alami tanpa pemanis buatan menunjukan penurunan risiko kejadian penyakit Gagal Ginjal Kronis.

Melalui data di atas, sebaiknya bijaklah dalam mengonsumsi gula harian dan barengi dengan pola hidup sehat seperti rutin berolahraga. Konsumsi gula tidak berbahaya selama masih dalam batas wajar dan diimbangi dengan olahraga.

Source:


Gillespie, Kerri M., et.all. (2023). The Impact of Free Sugar on Human Health-A Narrative Review. Nutrients. Diakses PubMed Health Center

Heo, Ga Young,. et.all. (2024). Sweetened Beverage Intake and Incident Chronic Kidney Disease in the UK Biobank Study. Jama Network. Diakses PubMed Health

Center Huan, Ying, et.all. (2023). Dietary sugar consumption and health: umbrella review. The BMJ Journal. Diakses PubMed Health Center

Sehatnegeriku.kemenkes.go.id. (2024). Diakses Desember 27, 2024 dari https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20240131/2544885/cegah-meningkatnya-diabetes-jangan-berlebihan-konsumsi-gula-garam-lemak/

Zoe.com. (2024). Diakses Desember 27, 2024 dari https://zoe.com/learn/sucrose-vs-glucose

Disunting Oleh : dr. Adi Putra Rahmadi, Sp.PD.

Hubungi Kami

Jl. Cut Nyak Dien,Kel. Cijoho,Kec. Kuningan,Kab. Kuningan,Prop. Jawa Barat

info@rspermatakuningan.com

(0232) 890 5556, 890 5557

IGD (0232) 890 5555

Follow Us

© 2020 - 2025 IT RS Permata Kuningan, PT Kuningan Kampung Sehat.
All Rights Reserved.

Designed by HTML Codex
Distributed by ThemeWagon